Selasa, 21 Juli 2020

Mencetak Generasi Hafidz dan Hafidzah



Saya pilih beberapa buku yang ada di rak. Ternyata ditemukanlah buku ini, sepertinya adalah buku yang dibeli suami ketika kami belum menikah.

Judul: Rahasia Sukses 3 Hafizh Qur'an Cilik

Penulis: Fathin & Ida

Penerbit: Zikrul

Tahun terbit: 2013

Jumlah halaman: 230

Saya merasa agak terlambat membacanya di usia pernikahan kami yang kelima. Tapi itulah ilham.. ia datang di waktu yang Allah kehendaki. Sama seperti hidayah yang tidak bisa kita ketahui kapan akan datang kepada seseorang.

Singkat cerita saya membacanya di tengah usia si kakak keempat tahun. Itulah satu hal yang membuat saya merasa terlambat mempersiapkannya. Meskipun jauh dari itu, apa jadinya anak-anak kita sekarang adalah buah dari amalan orangtuanya diatas segala kelemahan dan kelabihannya.

Membaca kisah keluarga El Laboody, saya tentu merasa masih jauh dari level kematangan mereka dalam mempersiapkan anak-anaknya. Ketiga anaknya (Tabarak, Yazeed, Zeenah) berhasil menghafalkan Al-Quran sebelum mencapai usia lima tahun. Keberhasilan metode menghafal untuk anak pertamanya, Tabarak, dapat diterapakan pula kepada kedua adiknya. Sehingga berbgai penghargaan nasional maupun internasional pun dapat diraih mereka.

Bukan semata-mata karena anaknya memiliki daya nalar yang tinggi atas sesuatu, karena tentu peran besar orang tua sangatlah menentukan pencapaian anaknya tersebut. Meskipun bukan berlatar belakang pendidikan agama, mereka mampu memprogram Al-Quran kedalam diri anak-anaknya.

Mereka terbiasa menjadikan dzikir-dzikirnya adalah bacaan Al-Quran. Hampir selalu 5 juz dibaca semua anggota keluarganya setiap hari, sehingga mudah sekali bagi mereka untuk mengkhatamkan Al-Quran sebanyak empat kali dalam sebulan.

Tidak hanya itu, karena keberhasilan metodenya tersebutlah akhirnya Markaz Al-Quran pun diinisiasi keluarga El-Laboody. Mudahnya metode menghafal pun dapat dirasakan banyak orang tua dengan memasukkan anak-anaknya ke Markas Al-Quran Tabarak.


"Semakin awal mengenalkan anak untuk menghafal Al-Quran, semakin baik," itulah hal yang dituturkan Dr. Kamil El-Laboody. Hal ini tentu dengan landasan yang sudah diyakini. Bukankah banyak orang-orang berpengaruh diawali dengan hafal Al-Quran di usia belia, sebut saja Imam Asy-Safi'i yang hafal Al-Quran di usia 6 tahun. Selain itu, metode memperdengarkan memang sangat cocok bagi anak-anak di masa golden agenya. Tidak lupa mereka menuturkan bahwa proses menghafal anak pun sangat memerlukan doa dan keikhlasan orang tua.

Orang tua, yang interaksinya lebih banyak dengan anak, sudah seharusnya juga berupaya untuk mendekatkan diri dengan Al-Quran. Sehingga quality time bersama keluarga pun diisi bersama hal-hal yang terikat dengan Al-Quran. Rihlah keluarga pun bisa dilakukanketika tercapai sebuah targetan dalam menghafal.

Kamis, 09 Juli 2020

Surat Cinta

Masya Allah.. Memang ya tantangan di Matrikulasi Ibu Profesional itu tidak bisa terduga. Tantangan sebelumnya saja berhasil membuat saya menemukan sosok lain dari diri sendiri. "Ternyata seperti itu toh muka saya di depan kamera," kurang lebih itu kalimat yang keluar ketika mereview video yang akan disetorkan. Berkali-kali pun saya melihat kembali video tersebut, saya terbawa kembali dengan isinya.

Check sound, huh hah
Check sound, huh hah
What's your problem? No problem!
What's your problem? No problem!
What? Challenge!
What? Challenge!

Protect yourself?
Cancle!
Cancle!
Go away!

Ibu Profesional?
Huuuuh yeaah!
Yel-yel tersebut merangsang para ibu supaya dapat mengontrol suaranya, mengontrol emosinya, tidak pernah menganggap segala yang terjadi sebagai masalah, melainkan semuanya adalah tantangan. Ibu profesional juga mengajarkan kita untuk tidak membatasi diri dan selalu bersemangat.

Nah, setelah sebelumnya saya melakukan hal yang tidak biasa, sekarang pun tidak kalah dengan itu. Saya harus membuat surat cinta untuk suami. Hmm sempat bingung mau nulis apa. Karena isinya adalah ungkapan perasaan cinta maka saya pun berusaha menghadirkan diri sepenuh rasa hehe.

Meskipun saat menulisnya tidak luput dari sapaan anak-anak, si kakak yang malah turut ingin menulis, si ade yang juga ingin dipenuhi kebutuhannya. Kertas pertama akhirnya gagal menampung rasa yang seharusnya diungkapkan. Berlanjut di kertas kedua, saat anak-anak terlelap tidur akhirnya saya berhasil menyelesaikannya. Cukup mewakili perasaan lah, meskipun ada beberapa yang tidak dapat terungkapkan melalui tulisan.


Setelah selesai, saya simpan suratnya di lemari baju yang mungkin mudah terlihat ketika ia pulang. Selanjutnya adalah menanti respon dari sang suami, hihi agak malu dan degdegan rasanya. Harapannya ia akan membukanya ketika waktu yang khidmat, "mungkin malam hari ketika anak-anak sedang tidur." Namun ternyata tidak sesuai dugaan. Ketika pulang kerja, si Kakak membocorkan misi saya. "Mi, ayo kasih tahu suratnya buat abi!" Serunya dengan senang nan polos. Maklum si kakak bertanya terus apa yang saya buat sampai-sampai ia tidak sabar untuk menyampaikan hal tersebut.

Alhasil suami saya membukanya di tengah gaduhnya anak-anak yang sedang bermain petak umpet. Dengan respon yang secukupnya ia berkata, "Terima kasih ya, meskipun belum terlalu fokus membacanya. Abi sekilas dapet kok apa yang diungkapkan umi. Sepertinya menulisnya dari hati."

Qadarullah.. meskipun sebenarnya saya masih menanti respon lanjutan darinya, sepertinya ia belum punya waktu cukup luang untuk menghadirkan dirinya membaca surat tersebut dengan seksama. Sebelum deadline tulisan ini berakhir, maka saya ungkapkan apa adanya.


Meskipun perasaan saya belum terbalas sepenuh hati tapi misi ini sudah berhasil mendobrak diri saya yang awalnya tidak pernah terpikirkan untuk sepujangga itu kepada suami hehe. Terima kasih Ibu Profesional dan para WI. 😊

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah




Jumat, 19 Juni 2020

Mengenal Para Khalifah: Layaknya Surga untuk Mereka


Alhamdulillah akhirnya bisa menyelesaikan buku setebal 435 halaman ini. Meskipun buku terjemahan ini ada beberapa kata yang sulit dicerna, tetapi sangat disayangkan rasanya jika harus melewatkan setiap kisahnya.

Review buku ini sepertinya akan sangat panjang, mengingat aslinya buku ini adalah empat jilid yang digabung kedalam satu buku. Dan sebenarnya hampir dua bulan pun saya harus menyelesaikan membacanya. Singkatnya buku ini membuat saya menyelami bagaimana perjuangan mereka semasa hidupnya tidaklah mudah sehingga sungguh layak balasan surga bagi mereka, The Great Leaders: Khulafaur Rasyidin.

Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar adalah orang yang selalu membenarkan apapun yang dikatakan Rasulullah sehingga dibeeikan gelar ash-shiddiq, hal tersebut adalah buah dari keimanannya yang sangat kuat kepada Allah dan Rasulullah.

Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah yang mengenal Rasul dari sejak sebelum mengemban risalah, tepatnya ketika mereka sering berinteraksi dalam hal perdagangan ke Syam.

Ash-Shiddiq adalah orang yang sudah yakin akan hadirnya Nabi terakhir sebelum sosok tersebut  benar-benar hadir. Abu Bakar adalah sahabat yang paling sering membersamai Rasulullah. Kemanapun Rasulullah pergi, hampir selalu saja ada Abu Bakar di sampingnya. Ia pun selalu berada dibarisan terdepat dalam berlomba melakukan kebaikan dan panutan dalam berakhlak mulia.

Jiwa, raga, harta bahkan seluruh waktu Abu Bakar seolah-olah diserahkan untuk urusan dakwah islam sejak ia membenarkannya. Abu Bakar sangat mencintai Rasulullah, pun sebaliknya. Sampai-sampai hal tersebutlah yang membuatnya melebihkan Aisyah bin Abu Bakar di atas istri-istrinya yang lain. Hal ini pernah ditanyakan istrinya yang lain, kurang lebih pertanyaannya seperti ini, "mengapa engkau melebihan Aisyah dari istri-istri yang lain?" kemudian Rasulullah pun menjawab, "karena Aisyah anaknya Abu Bakar." Bukankah ini menunjukkan seberapa besar rasa cinta Rasulullah atas Abu Bakar? Sampai-sampai ia sepenuh hati mencintai puterinya. Kisah cinta yang romantismenya dikenal hingga sekarang.

Abu Bakar adalah satu-satunya khalifah Rasulullah yang meninggal tidak dalam keadaan syahid di tangan orang kafir. Karena ia meninggal setelah sakit demam selama 15 hari.

Umar bin Khattab

Umar bin khattab tabiat dasarnya keras, pemarah, dan pendendam.. tapi justru itulah karakter kuatnya. Tapi ternyata ia luluh hanya karena sebuah lantunan Al-Quran. Karakter kuat Umar yg membuat islam tersebar lebih luas sepeninggalan Rasulullah. Bahkan Rasul pernah berkata, "jika saja ada nabi setelahku, ialah Umar."

Sekeras-kerasnya Umar ia sadar bahwa tabiatnya keras dan sewaktu-waktu membahayakan apalagi sebagai pemimpin. Maka ia sering berdoa untuk dilembutkan hatinya. Bahkan ia meminta dengan terbuka untuk dikritik rakyatnya.

Sekeras-kerasnya umar, ia sangat keras dalam urusan dirinya sendiri. Tapi sangat lembut dalam urusan orang lain.

Sampai-sampai seotang Utsman pun tidak sanggup menapaki kehidupan seperti Umar. Dalam hal makanan umar terbiasa dengan makanan kasar, pakaian hanya tambalan, bahkan Umar akan tidur lelap hanya di bawah sebuah pohon. Hidup yang sederhana dan sulit. Sampai-sampai Utsman bertanya, "Siapa yang mampu hidup seperti Umar?" Sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan bahwa dirinya tidak akan sanggup.

Utsman bin Affan

Seorang penderma yang mau berdagang dengan perkara akhiran, ialah Utsman bin Affan lah orangnya. Seseorang yang yang berkedudukan tinggi di tengah kaum Quraisy ini adalah orang yang sangat rupawan, baik akhlaknya, dan sangat dicingai kaumnya.

Namun semua berubah sejak ia memutuskan untuk menjadikan islam sebagai jalan hidupnya. Tidak sedikit kehadirannya menjadi berbalik ditolak oleh kaumnya. Posisi yang sulit jika saja ia bukanlah seseorang yang kokoh imannya.

Utsman adalah suami dari dua anak Rasulullah. Sampai-sampai Nabi pernah berkati, jika saja masih ia masih memiliki anak perempuan tentu ia akan menikahkannya dengan Utsman bin Affan.

Dalam masanyalah bid'ah hasanah pengumpulan mushaf Al-Quran dilakukan. Buah karyanya telah menghadirkan kemudahan bagi kita untuk membuat Al-Quran dihadirkan di setiap rumah. Karenanya, setiap kali kita membaca mushaf tentulah akan menjadi jariyah yang mengalir bagi pengumpulnya.

Amal jariyah Utsman adalah bukti nyata bahwa ia akan tetap mengalir meskipun penebarnya sudah tiada. Pun demikian dengan sumur Utsman di Madinah, ia adalah sebuah wakaf yang tetap hadir lebih dari seribu tahun setelah dikeluarkan pemiliknya. Bahkan hingga sekarang pun masih hadir sebuah hotel wakaf yang makmur dimanfaatkan atas namanya.

Kedermawanan-kedermawanan yang pernah dikeluarkan Utsman bukan main sangatlah tinggi nilainya. Sampai-sampai Ibnu Abbas pernah bermimpi dalam tidurnya, "Ibnu Abbas, hari ini Utsman telah mengeluarkan sedekah dalam jumlah yang sangat banyak, dan Allah telah menerima sedekahnya itu, sekaligus menikahkannta dengan seorang bidadari di surga. Dan aku bergegas karena diundang menghindari pesta peenikahannya."

Ali bin Abu Thalib

Ali bin Abu Thalib adalah putra pamannya yang hidup bersama Rasulullah dengan dalam rangka mengurangi beban sang paman, Abu Thalib. Keadaan tersebut menjadikan Ali sebagai orang yang mendapat sentuhan pendidikan langsung Rasulullah.

Ali pun besar dengan ketajaman pemikiran. Di masa Umar pun, pemikiran seorang Ali bin Abu Thalib lah yang dapat membuat Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengurungkan beberapa kebijakannya.

Kamis, 18 Juni 2020

Teka-teki dalam Penemuan Diri sebagai Seorang Ibu

Menjadi seorang ibu adalah proses yang tidak akan pernah ada henti. Meskipun sudah banyak sosok-sosok ibu yang dapat kita temui, namun tidak ada satupun darinya yang identik dapat kita tiru. Alasannya adalah karena kitapun dihadapkan dengan keluarga yang selalu berbeda satu sama lainnya.

Kita mungkin dapat mengambil kebaikan-kebaikan yang kita amati dari orang lain, namun selalu ada penyesuaian yang harus kita lakukan dalam menerapkannya kedalam diri kita. Beruntunglah atas hal ini, sehingga tidak seharusnya kita dapat mengklaim atau menilai seseorang sudah menjadi diri yang paling baik ataupun diri yang paling buruk.

Pun dalam hal menjadi seorang ibu. Konsep yang kita ambil dari seseorang yang sudah sukses mendidik anaknya tentu akan merdampak berbeda jika diterapkan pada diri kita. Karenanya tidak mudah kita menemukan konsep yang paling tepat untuk keluarga kita. Namun semuanya dapat dimulai dari connecting the dots  menyelami diri sendiri sebagai ibu. Berikut beberapa pertanyaan yang akan saya jawab dari kelas Matrikulasi Ibu Profesional berkaitan dengan hal ini.

Seperti Apa Aku Ini?

Saya adalah seorang ibu yang tidak sempurna. Namun saya ingin sekali mencurahkan kemampuan diri saya untuk menjadi istri terbaik bagi pasangan dan ibu terbaik bagi anak-anak. Saya berharap bisa bersabar, istiqamah dan bertumbuh dalam membersamai masa emas anak-anak sehingga saya tidak akan meninggalkan mereka dalam keadaan lemah dikemudian hari. 

Nilai-nilai Apa yang Aku Miliki?

Segala hal yang saya lakukan selalu diupayakan untuk memiliki landasan dan pedoman yang tepat. Bagi seorang muslim tentu yang sesuai syariat islam, karena saya berkeyakinan bahwa amanah menjadi seorang ibu bukan hanya hal yang akan didapatkan hasilnya di dunia tetapi juga akan dipertanggungjawabkan dan diraih hasilnya di akhirat kelak.

Apa yang Aku Perjuangkan?

Hak dari setiap anak adalah mendapatkan pendidikan terbaik dari orang tuanya. Karenanya kita juga diberi hak atas bakti anak-anak kita. Bakti seorang anak ini akan sejalan dengan apa yang sudah kita tuangkan ke dalam diri mereka, yang terlahir dengan fitrah-fitrah yang perlu kita pelihara. Tentu kelak saya ingin menjadi orang tua yang didoakan oleh anak-anak yang sholeh. Dan dari anak-anak kita pula akan terlahir peradaban yang kuat dan memberikan pengaruh baik bagi sekitarnya. Dan semuanya dimulai dari seerapa serius kita memprogram mereka menjadi pribadi-pribadi hebat.

Apa Yang Membuatku Unik?

Saya adalah seorang peniru yang ingin menjadi diri sendiri, berupaya untuk selalu senang berbagi dan selalu senang jika ada yang merasakan manfaat dari apa yang saya bagikan. 

Apa Kesamaanku dengan Institut Ibu Profesional?

Institut Ibu Profesional memberikan saya tempat untuk belajar dan berbagi.

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Jumat, 12 Juni 2020

Karakter Moral Ibu Profesional

Menjadi seorang ibu adalah anugerah yang sangat besar karena tidak sedikit orang harus lama bersabar menantikannya. Namun menjadi seorang ibu juga disebut sebagai sebuah "amanah" besar karena disertai pertanggungjawaban yang mengikutinya.

Selalu ada tantangan dalam berproses dan menjalani peran kehidupan. Saya menemukan bahwa saya sering lupa tentang hakikat kehidupan ini. Bahwasanya hidup ini terkadang sesuai dengan harapan, dan tidak sedikit diluar yang kita harapkan.

Tentu bukanlah situasi yang diharapkan seorang Siti Hajar ketika harus berada di lembah tidak berpenghuni bersama buah hatinya yang masih bayi. Jika saja sikap yang dimunculkannya hanya berlandaskan harapan pribadi tentu tidak akan mungkin Nabi Ibrahim direlakannya untuk pergi.

Namun Keluarga Ibrahim tersebut memberikan kita pelajaran supaya kita tidak mudah berprasangka buruk di setiap keadaan. Karena dengan tidak berputus asa dan senantiasa berbaik sangka terhadap segala keadaan membuat kita menemui karakter moral Never Stop Running, The Misson Alive.

Bagi saya yang baru sedikit ilmunya, tidaklah layak jika merasa sudah memberikan yang terbaik dalam menjalani amanah ini. Dalam setiap fasenya selalu saja saya menemukan kekurangan sehingga selalu saja merasa membutuhkan ilmunya. Inilah kekuatan yang saya miliki: Don't Teach Me, I Love to Learn.

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah


Minggu, 31 Mei 2020

Mengunjungi Madinah Bersama Ananda



Masih berkaitan dengan review buku sebelumnya yang berkenaan dengan kota suci umat islam. Buku ini memperkenalkan anak kita lebih jauh tentang kota Madinah, kota yang bersejarah dalam kehidupan Rasulullah.

Menceritakan beberapa tempat yang dapat dikunjungi di Madinah membuat kita berkali-kali mengaitkannya dengan Sang Nabi. Berharap dengan membacakan buku ini akan semakin bertambah juga rasa cinta anak kita kepada Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wassalam.

Judul: Madinah, Kota yang Bercahaya
Penulis: Fadila Hanum
Penerbit: Gema Insani
Jumlah halaman: 70 halaman

Penulis buku yang saya favoritkan ini, Fadila Hanum, sangat apik dalam memilihkan kata-kata yang mudah dicerna oleh anak-anak namun tanpa mengurangi nilai-nilai yang ingin disampaikan.

Membaca buku ini membuat saya sangat bersemangat untuk menelusuri setiap halaman bersama anak tercinta. Walhasil kata Madinah sudah cukup terpatri baik di benaknya.

Rabu, 27 Mei 2020

Mengenalkan Ibadah Umrah Kepada Anak

Salah satu cara menumbuhkan rasa cinta dalam beribadah pada anak adalah dengan menanamkannya sejak dini, termasuk untuk melaksanakan rukun islam kelima haji dan umrah.

Novel anak yang satu ini sangat menaraik sekali untuk disampaikan kepada anak. Isinya sangat padat, terdiri dari lima belas bab cerita yang berurutan. Dikemas dengan bahasa anak yang menyenangkan, namun sarat hukmah dan wawasan.

Judul: Petualangan Salman di Tanah Suci
Penerbit: Gema Insani
Penulis: Nurhayati Pujiastuti
Jumlah halaman: 120

Si kakak jadi sering bilang ingin ke Kabah sejak mengenal buku ini. Banyak kosa kata baru juga yang ia tangkap dari novel anak ini.

Ilustrasinya pun sangat sesuai dengan cerita, sehingga memudahkan anak untuk mendapatkan visualisasinta. Meskipun tidak begitu banyak gambar yang disajikan, namun saya yakin runutan cerita berhasil membuat anak-anak semakin terangsang imajinasinya.

Karena ceritanya yang cukup panjang, kami baru dapat menyelesaikan buku ini hampir 3 pekan di tengah segala aktivitas lain si kakak.

Kamis, 14 Mei 2020

Menyelami Core Value Seorang Ibu

Seseorang tidak mungkin dapat berdampak besar jika tidak memiliki nilai-nilai yang dibesarkannya. Pun demikian dengan seorang ibu. Meskipun sudah menikah dan memiliki anak, seorang perempuan yang bermetamorfosis menjadi seorang ibu sebaiknya tidak meninggalkan nilai-nilai dirinya. Justru jika dapat bertumbuh dengan nilai-nilainya, seseorang akan memiliki dampak yang lebih besar dalam proses metamorfosisnya.

Seperti seekor kupu-kupu, yang awalnya hanyalah seekor ulat yang tidak begitu indah wujudnya. Ia pun hidup sebagai makhluk melata, jauh dan harus bersusah payah untuk berada dalam ketinggian. Namun setelah berlama-lama puasa dalam balutan kepompong, ia berubah menjadi makhluk indah. Tidak hanya itu, kehidupan berubah drastis dari binatang melata menjadi makhluk yang mampu terbang di dalam ketinggian.

Institut Ibu Profesional memberikan saya pelajaran untuk menjadi seorang yang membesarkan nilai diri dengan core value:

  1. Belajar
  2. Berkembang
  3. Berkarya
  4. Berbagi
  5. Berdampak

Kali ini secara khusus saya ingin membuat sebuah catatan harta karun yang didapat terkait core value belajar.

Belajar atau menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang maka kemudian disebut fadhu. Imam Gazali mengungkapkan bahwa ilmu terdiri dari dua jenis, yaitu ilmu fadhu 'ain dan ilmu gardhu kifayah. Ilmu fadhu 'ain adalah ilmu yang harus dimiliki setiap orang sedangkan ilmi fardhu kifayah adalah ilmu yang hukumnya menjadi tidak wajib jika sudah terpenuhi oleh orang lain. Maka saya secara pribadi menyimpulkan bahwa ilmu menjadi ibu atas anak-anak kita adalah ilmu fadhu 'ain karena kewajibannya tidak bisa terlepas meskipun sudah ditunaikan oleh orang lain.

Sebagai seorang ibu pun kita memiliki peran lain yang harus ditunaikan secara bersamaan yaitu sebagai seorang hamba Tuhannya, perempuan dan istri atas suami kita. Beruntungnya kewajiban sebagai seorang hamba sudah tertunaikan jika kita melaksanakan kewajiban sebagai seorang pribadi, istri dan ibu atas dasar niat untuk beribadah kepada Allah.

Berikut adalah hal yang saya temukan dari diri saya terkait ilmu-ilmu yang penting dalam rangka belajar sebagai ibu, yaitu:


Semoga hal ini menjadi langkah awal saya dapat menggali diri supaya semakin semangat untuk belajar yang pada akhirnya dapat memberikan dampak baik terhadap sekitar.

Saatnya mengikat makna. Terimakasih teruntuk bunda-bunda WI dan semua bunda yang sudah memberi harta karun.

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Rabu, 06 Mei 2020

Makna Seorang Ibu

Ibu selalu identik dengan sosok makhluk yang lemah berkaitan kodratnya sebagai perempuan, sekaligus juga insan yang kuat karena kesediaannya menanggung rasa sakit untuk melahirkan dan bersabar membersamai tumbuh kembang anak-anaknya. Namun kuatnya seorang ibu lah yang membuat ia semakin bernilai.

Kesediaan berkorban seorang ibu lah yang membuat ia lebih berhak diutamakan tiga kali lipat dibandingkan seorang ayah. Sampai-sampai seorang anak dapat dinilai berbakti jika dapat mencari surga di bawah kakinya. Masya Allah sangat mulia.

Namun kemuliaan tersebut tentu ada harganya. Tidak semua ibu dapat dengan mudah dinilai membanggakan jika tidak bersungguh-sungguh dengan perannya ini. Bagi kita sebagai seorang ibu perlu bertanya kembali pada hati kecil kita masing-masing, apakah betul sudah selayak itu kita dianggap mulia sedangkan kita tidak berusaha menjalankan peran terbaiknya? Semoga ini bisa menjadi teguran bagi saya pribadi khususnya.

Sebagai seseorang yang masih belajar menjadi ibu yang terbaik bagi keluarga, saya berusaha mencari makna tentang Ibu Profesional. Berikut adalah makna Ibu Profesional bagi saya.

Insya Allah salah satunya bersama Institut Ibu Profesional saya ingin menyelami peran terbaik saya sebagai seorang ibu.

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Rabu, 29 April 2020

Agar Anak Mencintai Al-Quran



Al-Quran adalah pedoman hidup umat muslim. Setiap orang tua pasti bahagia jika anak terbiasa berinteraksi dengan Al-Quran. Namun yang menjadi tantangannya adalah bahwa tidak semua anak mudah untuk mencintai Al-Quran. Apalagi jika ia berada di antara tantangan zaman, arus informasi yang melimpah dan mudah untuk dijadikan pilihannya.

Buku ini memberikan pencerahan bahwa kita sebagai orang tua harus mengkondisikan rumah menjadi teladan utama dalam menghidupkan Al-Quran.

Judul: Anakku, Cintailah Al-Quran
Penulis: Dr. Sa'ad Riyadh
Penerbit: Gema Insani
Jumlah halaman: 127 halaman

Lebih lanjut penulis membagi metode yang dapat diterapkan berdasarkan jenjang usianya. Ternyata setiap jenjang usia memiliki cara yang berbeda dalam hal menumbuhkan kecintaannya terhadap Al-Quran.

Jika anak usia 2 tahun itu belajar dengan cara meniru, maka cukup ditumbuhkan dengan cara memberikannya teladan. Tunjukkan bahwa kita senang berinteraksi dengan Al-Quran.

Di usia 3-5, anak sudah mulai ditanamkan nilai-nilai akhlak, perilaku, dan budi pekerti. Termasuk dalam berhadapan dengan Al-Quran, seperti tidak boleh menyimpannya di bawah, tidak menyobeknya, tidak mencoret-coretnya, dan menyimak dengan penuh perhatian ketika dilantunkan.

Dukungan dan dorongan kemudian lebih dibutuhkan oleh anak pada usia 7-10 tahun. Maka kita perlu memberikan apresiasi terhadap keberhasilan anak menghafal Al-Quran. Sedangkan untuk anak di atas usia 10 tahun bisa dimasukan ke dalam sebuah lembaga tahfidz Al-Quran, mengingat kebutuhan untuk berinteraksi sosial semakin tinggi di usia ini.

Selain memperhatikan metode berdasarkan jenjang usianya, salah satu cara agar tumbuh kecintaan anak terhadap Al-Quran adalah dengan menceritakan kisah-kisah yang dapat memberikan motivasi. Salah satu kisah yang ingin saya kutip dari buku ini adalah sebagai berikut.

Dahulu ada seorang anak bernama Muhammad. Semua orang menyukainya karena selain cerdas dan tampan ia juga baik, sopan, tenang, dan senang mendengar perkataan orang yang lebih tua.
Muhammad suka menghafal nasyid-asyid bagus dan pandai bermain banyak permainan, namun sayangnya ia tidak menghafal kuran sedikitpun. Suatu hari ibunya memanggil, "Muhammad, sini! Mari kita menghafal Al-Quran bersama."
"Iya bu, sebentar," jawab Muhammad. Akan tetapi, ia bukan melaksanakan perintah ibunya untuk menghafal Al-Quranm ia malah pergi bermain sehingga ia tidak hafal Al-Quran sedikitpun.
Pada suatu hari ketika Muhammad sedang berkumpul bersama teman-temannya di sekolah datanglah ibu guru sambil berkata, "Anak-anak! Ibu punya kejutan buat kalian semua. Coba tebak, apa kira-kira?"
"Kejutan apa Bu Guru? Kami tidak bisa menebaknya," jawab anak-anak.
"Ibu  akan mengadakan perjalanan wisata ke kebun binatanga. Di sana kita akan dapat melihah berbagai macam binatang. Mulai dari gajah, jerapah, kera, singa, harimau, dan hewan-hewan lain. 
Mendengar berita ini, anak-anak bersorak gembita sambil berkata, "Alhamdulillah! Alhamdulillah! Wisata kali ini pasti menyenangkan." 
"Akan tetapi," kata ibu guru kemudian, "bus sewaannya tidak cukup untuk membawa kita semua karena jumlah anak kelas ini terlalu banyak. Jafi hanya anak-anak yang lulus falam ujian saja yang boleh ikut wisata."
"Ujiannya apa Bu guru?"
"Insya Allah anak-anak yang hafal beberapa surah Al-Quran sajalah yang boleh ikut wisata kali ini."
 Mendengar persyaratan ibu guru itu, anak-anak yang hafal beberapa surah Al-Quran segera maju untuk diuji hafalannya. Mereka gmbira karane lulus ujian dan bisa pergi berwisata ke kebun binatang untuk menyaksikan hewan-hewan, selain itu mereka juga bisa bermain dengan riangnya di padang rumput. Ibu guru senang dan bangga dengan mereka.
Di sisi lain, Muhammad duduk sendiri termenung dan sedih karena tidak hafal Al-Quran. Ibu guru juga dengan nada sedih berkata kepadanya, "Muhammad, lain waktu kalau kamu hafal beberapa surat pendek Al-Quran kamu boleh ikut ibu berwisata ke kebun binatang."
Muhammad pulang ke rumahnya dengan muka sedih.
"Kenapa kamu menangis, Muhammad?"tanya sang ibu.
Kemudian, Muhammad menceritakan kejadian di sekolah pada ibunya. "Ibu kan aku hafal nasyid-nasyid bagus dan indh, kenapa harus menhafal Al-Quran?"
"Karena Al-Quran itu firman Allah SWT, dan Dialah yang memberi kita segala hal. Dia pula yang memberi rezeki kepada kita. Dia memberi kita pisang, jeruk, roti, dan segala makanan yang kita sukai. Selain itu, Dia juga yang menjaga kita dari segala malaptaka. Orang yang menghafal Al-Quranoleh Allah akan diberi segala sesuatu yang ia sukai."  

Aku Siap Menyelami Samudera!


Alhamdulillah, setelah melewati beberapa tantangan akhirnya saya mendapatkan Kompas Peradaban. Dengan ini saya dinyatakan sudah  siap menyelami samudera.

Kita semua tahu jika kompas adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin. Maka alat ini tentu nantinya akan kita butuhkan ketika mulai bingung dengan arah yang akan kita tuju.

Ternyata kompas ini merupakan alat penting yang sudah ada dari tahun 206 SM. Bermula ditemukan di Tiongkok, kemudian diperoleh pelaut Persia pada tahun 1270 dan diperdagangkannya. Namun kemudian baru dikembangkan bangsa Eropa menjadi kompas yang dapat diterima semua negara pada abad ke-19. Lama sekali ya 😃

Terlepas dari semua itu, kompas tentu sangat penting bagi setiap pelayar baik dulu maupun sekarang. Karena kebanyakan orang sudah sadar tentang kompas sebagai penunjuk arah, menjadi banyak hal yang sering dianalogikan sebagai kompas. Sebut saja hal-hal yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengambil arah, misal sebagai seorang beragama kita akan menjadikan kitab suci kita sebagai pedoman hidup. Dan masih banyak contoh lainnya.

Dengan Kompas Peradaban ini saya baru menyiapkan perlengkapan untuk berlayar. Perjalanan baru akan di mulai, kusiap menyelamimu wahai samudera!

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Minggu, 26 April 2020

Menjadi Orang yang Beruntung dengan Berbagi

Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan fitrah yang dibawanya, termasuk fitrahnya untuk berbagi. Saya sering mendapati anak-anak saya senang sekali menyuapi saya dan abinya. Bahkan anak kedua kami yang belum genap berusia dua tahun sudah terlihat senang mengambilkan gelas ketika kakaknya hendak minum.

Bukankah ini fitrah anak yang perlu kita jaga? Karena tidak sedikit orang di usia dewasanya harus berlatih keras untuk keluar dari rasa khawatir dalam berbagi. Untuk itulah Allah menjanjikan keberuntungan bagi siapa saja yang dapat keluar dari zona nyamannya sehingga menjadi ringan untuk berbagi.


Dipelihara Dari Kekikiran

"Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung." (QS Al-Hasyr: 9)
Bukankah kita sudah diberikan pelajaran dari kisah Qarun, seorang anak pamannya Nabi Musa 'alaihu salam yang kufur? Karena kesombongannyalah ia menganggap bahwa harta berlimpah yang dikaruniakan Allah adalah atas kerja keras dan kepandaiannya semata. Ia pun hidup sewenang-wenang, angkuh, dan berbuat zhalim terhadap manusia. Qarun tidak mau memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin yang membutuhkan saat itu. Lalu apa akhir dari kehidupan Qarun? Ia meninggal ditelan bumi bersama istana dan harta benda yang selama itu disimpannya. Na'udzubillahi mindzalik.


sumber: Youtube

Seharusnya kita meyakini bahwa siapa yang kikir sesungguhnya ia hanya kikir terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sedekah yang kita keluarkan adalah hal yang akan menjadi simpanan dan tabungan di akhirat kelak. Sayyid Quthub menyatakan bahwa barang siapa bersikap kikir berarti dia hanya meminimalkan simpanannya, merugikan hartanya sendiri, dan melepaskan pahala dari genggamannya.


Ketika Amalan Diperiksa

Dalam sebuah hadits marfu'  yang diriwayatkan dari Tamim ad-Dari, Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam bersabda,
"Amal seorang hamba yang pertama diperiksa pada hari kiamat adalah salat. Jika nilai salat itu telah sempurna, dia dicatat sebagai hamba yang telah menyempurnakan kewajibannya. Sebaliknya, jika nilai salatnya belum sempurna, Allah bertanya kepada malaikat, 'Apakah hamba-Ku mempunyai nilai salat sunah yang dapat menyempurnakan kekurangan nilai salat wajibnya?' Begitu pula dengan zakat dan seluruh amal perbuatan yang lainnya."
Hadits tersebut menjelaskan tentang kewajiban salat yang dapat disempurnakan melalui amalan salat sunah. Hadits ini kemudian berlaku sama untuk amalan lainnya, sebut saja zakat dan puasa. Maka hal tersebut berlaku bagi kewajiban berzakat, yang mana jika amalan seseorang atas zakat belum sempurna maka dapat disempurnakan dengan amalan berbagi sejenisnya. Pun demikian dengan puasa, puasa-puasa sunah yang biasa kita lakukan semoga dapat menjadi penutup amalan puasa wajib yang belum sempurna.

Berbagi yang dikeluarkan di jalan kebaikan juga akan menghalangi dan menyelamatkan seseorang dari siksa neraka. Dalam shahih Ibnu Huzaimah, Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam bersabda,
"Selamatkanlah dirimu dari siksa api neraka walaupun dengan sebutir kurma."

Kebahagiaan Saat Berbagi

Bagi sebagian orang berbagi bisa menjadi sebuah kebutuhan, karena berbagi dapat memunculkan kelapangan hati dan rasa bahagia. Senada dengan apa yang pernah dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa orang-orang yang selalu berbuat baik dengan sedekah itu termasuk orang yang paling lapang, tenang hatinya, dan bersih jiwanya.
Sebelum seseorang mengeluarkan hartanya, keinginan untuk berbagi itu lebih dahulu timbul di dalam hatinya. Maka tentu orang yang ringan untuk berbagi adalah orang yang dikaruniakan kelembutan di dalam hatinya. Hal ini bisa membuat kita membayangkan bagaimana lembutnya hati para sahabat rasulullah seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf yang mau mengorbankan sebagian besar hartanya untuk kepentingan umat banyak.

Selain berbagi memberikan kebahagiaan kepada pelakunya, kebahagiaan juga akan dirasakan oleh orang yang menerimanya. Jika yang menerima adalah orang yang membutuhkan, tentu hal tersebut dapat menghilangkan rasa lapar, membuka kesulitan, meluaskan kesempitan, bahkan melunasi utangnya. Tidak luput dari semua hal tersebut, kebahagian tertinggi dari berbagi adalah meraih cinta Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah salallahu 'alaihi wassalam bersabda,
"Manusia yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat di antara mereka. Perbuatan yang disukai Allah adalah perbuatan yang dapat membahagiakan seorang muslim, mengatasi kesulitannya, melunasi utangnya, atau dapat menghilangkam rasa lapar dari dirinya. Membantu saudara muslimku yang sedang berada dalam kesulitan itu lebih aku cintai daripada aku ber-i'tikaf selama satu bulan di masjid."

Berbagi yang Dilipatgandakan Pahalanya

Berbagi di saat lapang tentu lebih mudah dibandingkan dengan berbagi ketika sempit. Seperti kondisi pendemi seperti saat ini, berbagi akan penuh perhitungan karena di tengah ketidakpastian di depan mata. Namun perlu kita ketahui bahwa berbagi di saat kondisi seperti saat ini justru akan dilipatgandakan pahalanya. Bahkan Rasulullah memberikan anjuran kepada para sahabatnya untuk bersedekah ketika mengalami kejadian menakutkan seperti gerhana dan perang.
"Jika kalian menyaksikan kejadian itu, berdoalah kepada Allah, bertakbir, dirikanlah salat, dan bersedekahlah." (HR Bukhari)
Di tambah lagi salah satu waktu krisis yang memiliki keutamaan dan dilipatgandakan pahalanya adalah bersedekah di bulan ramadan, sesuai dengan hadits riwayat Ibnu Abbas,
"Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, terutama di bulan Ramadan, apabila malaikat Jibril 'alaihi salam telah menemuinya, maka kedermawanan beliau melebihi semilirnya angin. (HR Bukhari)

Semoga kita semua bisa memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbagi, di bulan Ramadan yang mulia dan situasi pendemi  yang sedang dihadapi. Berbagi apapun yang kita miliki untuk dapat meringankan orang-orang di sekitar kita. Berbagi supaya kita beruntung karena dapat keluar dari kekikiran diri kita, juga supaya kita mendapatkan pahala dan balasan yang telah Allah janjikan.

Referensi:
Faishal Ali Al-Bu'dani, Berkah Karena Sedekah,  Terj. Khairuddin, (Depok: Gema Insani, 2011).
Ummu Hanan Dzakiya, Kisah-kisah Pilihan dalam Al-Quran 2, (Sukoharjo: Penerbit Zam-zam, 2016)

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa

#MenebarKebaikan

#LombaBlogMenebarKebaikan

Sabtu, 25 April 2020

Resep Molen Mini Pisang Keju

Kudapan favorit keluarga yang satu ini cocok juga untuk menu takjil saat berbuka. Resepnya sangat mudah, bahan-bahannya pun sangat sederhana.

Berikut adalah bahan-bahan yang diperlukan:
250 gram terigu
1 sdm mentega
1/2 sdt garam
100 ml air
2 buah pisang uli ukuran sedang
secukupnya potongan keju

Cara pembuatan:
1. Siapkan wadah, masukan terigu, mentega, garam dan air.
2. Aduk dan uleni adonan.
3. Bentuk adonan menjadi bola-bola kecil.
4. Pipihkan bola-bola adonan dan masukkan pisang beserta keju yang telah dipotong.

5. Gulung adonan.
6. Goreng adonan dengan api kecil.
7. Molen mini siap dinikmati.


Selamat mencoba 😊

Rabu, 22 April 2020

Komitmen Bersama dalam Berlayar


Masya Allah para tim di belakang layar Matrikulasi Institus Ibu Profesional ini terasa sekali sangat serius dalam mempersiapkan materi untuk kami. Kesatuan tema dalam penyampaian materi sangat konsisten saya rasakan. Bagaimana sedari awal kami disuasanakan untuk menempuh pelayaran dalam analogi proses pencarian mutiara-mutiara ilmu di komunitas ini.

Semoga suguhan materi yang disuguhkan dengan sungguh-sungguh dapat pula kami terima dengan sungguh-sungguh, sebagaimana halnya sesuatu yang disampaikan dari hati akan pula sampai ke hati setiap penerimanya.


Dalam misi kali ini kami diberikan tantangan untuk "Membumikan CoC". Sebelumnya saya pun mempelajari apa itu code of conduct (CoC) yang berlaku di komunitas ini. CoC ini adalah berbagai aturan yang disepakati untuk menjadi komitmen bersama. Mudah-mudahan CoC ini bukanlah hanya sekedar materi yang selesai kita baca, namun juga dapat diterapkan sebaik-baiknya.

Untuk itu dalam rangka "Membumikan CoC", inilah aksi yang bisa saya lakukan:

Aksi 1 Memuliakan ilmu dengan cara memperhatikan adab dalam menuntutnya

Aksi 2 Aktif dan bertanggung jawab atas segala tugas serta kewajiban sebagai mahasiswa Institut Ibu Profesional

Aksi 3 Menyertakan sumber referensi atau meminta ijin apabila ingin menyampaikan informasi dari pemilik ilmu


Aksi tersebut benar, karena sesuai dengan CoC poin menjaga adab, berperan aktif dan bertanggung jawab.

Aksi tersebut baik, karena akan menjaga komitmen dan konsisten diri.

Aksi tersebut bermanfaat, karena supaya mendapatkan keberkahan ilmu dan meningkatkan kapasitas sebagai pembelajar.


#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Kamis, 16 April 2020

Mengenalkan Tokoh Ilmuan Muslim Jabir Ibnu Hayyan

Memang sangat efektif mengenalkan sebuah tokoh kepada anak melalui komik. Tidak disangka anak usia empat tahun sangat menyukai dibacakan biografi singkat bergambar ini.

Alhamdulillah.. Sekali saja komik ini selesai diceritakan si kakak dengan mudah mengagumi Sang Jabir. "Mi, nanti Dede udah gede kayak Jabir ya, seneng baca buku dan pintar." Di tengah asyiknya bermain ia menyela kepada saya, tanpa ada permulaan saya membahas buku yang selesai kami baca kemarin sore. Dia lebih menisbatkan tokoh Jabir kepada adiknya bukan kepada dirinya mungkin karena jenis kelaminnya yang sama laki-laki, tidak seperti bukunya Upay yang ia nisbatkan kepada dirinya sendiri 😄.

Tidak cukup sekali kami membaca komik ini, berkali-kali ia minta saya untuk membacakannya kembali. Rasanya tentu senang sekali. Semoga dengan ini semakin berkurang peluang anak-anak terdoktrin mengidolakan tokoh-tokoh tidak nyata yang sedikit sekali faedahnya.


Judul: Jabir Ibnu Hayyan
Penulis & Ilustrator: Smooth Creative
Penerbit: Gema Insani
Jumlah halaman: 96

Jabir Ibnu Hayyan adalah seorang ilmuan muslim yang lahir pada abad ke-8 M di Damaskus. Berarti abad kedua setelah islam hadir di muka bumi, yang mana Nabi Muhammad lahir di abad ketujuh. Memang besar sekali pengaruhnya kehadiran agama rahmatan lil 'alamin ini, karena agama ini hadir dengan wahyu pertama dengan perintah membaca.

Sosok Jabir Ibnu Hayyan lahir di masa Dinasti Ummayah. Pada masa itu pula ayahnya, Hayyan, sang peramu obat mashur dieksekusi dan meninggal di tangan para penguasa. Tak disangka bibit kecerdasan dalam meramu turun dari ayahnya kepada Jabir. Sepeninggalannya Jabir menjadi anak yang senang belajar, buku menjadi sahabat karibnya.

Kemudian seiring waktu ia beranjak menjadi pemuda, ia bertemu dengan gurunya dibidang kimia, Barmaki Vizier. Bersama gurunya itulah ia semakin tajam ilmunya. Tentu karena ia sangat bersungguh-sungguh dalam memperdalam keilmuannya dibarengi keuletannya untuk memecahkan berbagai eksperimen.

Setelah kepemimpinan bergeser menjadi di tangan bani Abasiyah dunia keilmuan semakin dijunjung tinggi sang khilafah terbaik, Harun Ar-Rasyid. Jabir pun yang namanya sudah banyak dikenal kemudian sampailah kabarnya ke telinga sang khalifah. Harun Ar-Rasyid pun secara khusus memanggilnya. Jabir pun menjadi orang yang diakui kecerdasannya ketika menerima tantangan untuk menemukan formula yang dapat membuat logam emas mencair. Satu purnama yang disepakati dapat ditempuh Jabir dengan sempurna. Temuannyalah yang hingga kini kita rasakan manfaatnya. Hasil temuan Jabir ini kemudian dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan barat pada abad ke-18 M, sepuluh abad setelahnya.

Membuka Cangkang dan Mengambil Mutiara

Alhamdulillah setelah menyelesaikan tugas pertama Matrikulasi Institut Ibu Profesional di batch 8 ini, saya pun mendapatkan tugas misi kedua.

Setelah menebak beberapa teka-teki yang diberikan, akhirnya ditemukan 5 kata yang sangat penting dalam berkomunitas. Hal ini kemudian dikenal sebagai Prinsip Berkomunitas.

Semua boleh kecuali yang tidak boleh, yaitu:

  • Tidak Kritik Pemerintah
  • Tidak Ghibah & Fitnah
  • Tidak Bicara SARAT
  • Tidak Bicara Khilafiyah
  • Tidak Konflik Kepentingan

Aku yakin, prinsip berkomunitas itu benar-baik-bermanfaat karena dalam komunitas kita akan terlibat dengan banyak orang, mengedepankan kepentingan bersama dalam wadah komunitas yang sama. Dengannya kita akan betah berlama-lama bersama sahabat komunitas. Dan rasa nyamanlah yang dapat mendorong setiap orang untuk mengerahkan peran terbaiknya.

Jika sebuah komunitas tidak menyepakati hal ini di permukaan, maka sangat mungkin ada kepentingan-kepentingan segelintir orang yang tidak seharusnya dikonsumsi bersama. Maka memegang prinsip ini berarti memperjuangkan kepentingan bersama.

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Selasa, 14 April 2020

Resep Cireng Rumahan

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman membuat cireng sendiri di rumah. Berikut bahan-bahan yang perlu dipersiapkan:
750 gram tepung kanji
1 sdt garam
1/2 sacet kaldu ayam Halawa
1 gelas air

Langkah-langkah pembuatan:
1. Masukkan tepung kanji, garam, dan kaldu ke dalam wadah. Aduk hingga bercampur.
2. Siapkan panci kecil. Masukkan 1 gelas air, dan 1 sdm bahan yang sudah dicampur.
3. Rebus dengan api sedang sambil diaduk hingga mendidih
3. Masukkan segera bahan yang baru direbus ke dalam wadah yang berisi bahan yang masih kering.
4. Aduk rata hingga kalis.

5. Bahan siap dibentuk sesuai selera.
6. Adonan cireng siap digoreng.

7. Hidangkan hangat-hangat bersama saus dan mayonais.

Selasa, 07 April 2020

Menemukan Kerang Istimewa


Alhamdulillah 'ala kuli hal, hari ini adalah kesempatan pertama saya untuk menyelesaikan misi di matrikulasi Institut Ibu Profesional (IIP). Insya Allah seterusnya setiap tugas yang saya kerjakan akan diposting di blog ini. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi siapapun, terutamanya bagi saya pribadi yang menjalaninya.

Sebenarnya IIP bukanlah hal yang baru bagi saya. Karena saya sudah mengenalnya sejak awal 2014 lalu. Berawal dari sebuah postingan yang di-share teman terkait profil Ibu Septi sekitar akhir 2013, saya pun kemudian menelusuri segala hal terkait Ibu Septi. Dan kemudian mengarahkan saya untuk mengikuti seminar beliau yang diselenggarakan di aula Masjid Salman ITB pada awal 2014. Pada acara tersebutlah saya mengenal IIP. Namun qadarullah saya baru siap mengikuti matrikulasinya di tahun 2020 ini setelah mengalami banyak perkembangan. Insya Allah tidak ada kata terlambat untuk memulai kebaikan bukan?

Untuk menyelesaikan misi kali ini saya akan menjawab empat pertanyaan berikut;


Aku tahu IIP adalah tempat yang benar, karena ini adalah tempat yang sangat diperlukan bagi seorang ibu dan istri yang ingin terus belajar menjadi lebih baik lagi.

Aku tahu IIP adalah tempat yang baik, karena ada banyak wadah yang disiapkan IIP untuk para ibu agar dapat mengaktualisasikan diri dan peran sosialnya.

Aku tahu IIP adalah tempat yang bermanfaat, karena saya berkeyakinan akan ada banyak hal yang ditemukan di dalamnya.

Ragam kegiatan di IIP yang akan aku ikuti yaitu: insya Allah saya akan mengikuti setiap kesempatan matrikulasi dan kelas minat menulis di IIP.

Sekian misi pertama ini saya buat, doakan semoga bisa istiqamah menjalaninya dan semoga segala harapan-harapan kebaikan di dalamnya dapat terwujud. Aamiin allahumma aamiin.

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah

Kamis, 02 April 2020

Allah yang Menjaga Al-Quran

"Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al Qur’an), dan Kami pula yang benar-benar akan menjaganya“. (QS. Al-Hijr: 9).

Sempat bertanya-tanya bagaimana mungkin Al-Quran dapat terjaga keasliannya lebih dari 14 abad yang lalu sejak ia diturunkan. Sebagai umat muslim sudah seharusnya kita mengimani hal tersebut, karena janji itu dinyatakan langsung oleh Allah.

Penjagaan Allah terhadap Al-Quran tidak hanya terbatas pada maknanya saja, per surat maupun per ayat, tetapi justru per hurufnya. Hal itu diungkapkan oleh para hafidzullah yang sangat intim interaksinya dengan Al-Quran. Selalu akan ditemukan jika terjadi kekeliruan yang terkandung di dalamnya.

Cara penjagaan Allah pun akan semakin kita yakini ketika kita membaca kisah sahabat Rasulullah, Zaid bin Tsabit Al-Anshari. Berawal dari keinginan kuatnya bergabung diantara pasukan muslimin untuk menegakan panji islam namun dihadapkan penolakan yang halus dari Rasulullah karena usianya yang belum mumpuni.

Rasa sedih dan kecewa Zaid tidaklah mematahkan semangatnya menjadi pendukung Rasulullah, kemudian ia berpaling dari kesempatan tersebut dan mengambil posisi lain untuk berperan. Ia kemudian berusaha menghafal dan memaknai kandungan wahyu Allah yang hingga saat itu disampaikan Rasulullah kepada kaum muslimin. Selain pandai dalam menghafal, Zaid juga memiliki kemampuan menulis dan membaca yang sangat baik.

Kecerdasan Zaid pun disambut oleh Rasulullah, sang ummi yang tidak mengenal huruf. Setelahnya Zaid selalu menjadi orang pertama yang diminta Rasulullah untuk menuliskan setiap wahyu yang baru sampai kepadanya. Tidak hanya itu, dalam perkembangannya Zaid pun memiliki kemampuan untuk menerjemahkan ayat-ayat wahyu tersebut ke berbagai bahasa di antaranya adalah bahasa Ibrani yang digunakan kaum Yahudi. Posisinya pun bertambah menjadi "penerjemah Rasulullah" dalam hubungannya menyampaikan dakwah islam kepada raja-raja di masa itu. Sepeninggalan Rasulullah pun Zaid lah orang pertama yang akan ditanyai pendapatnya terkait kandungan Al-Quran.

Tentulah Zaid bin Tsabit ini adalah orang yang telah dipilih Allah sebagai salah satu penjaga Al-Quran, dan masih banyak lagi sosok-sosok lain setelahnya. Maka hal ini adalah bukti nyata bahwa Allah benar-benar menjaga Al-Quran tanpa perlu diragukan lagi.

Selasa, 31 Maret 2020

Menggugah Para Orang Tua untuk Memahami Perannya


Semoga kita bukan orang tua yang mengambil perannya tanpa ilmu. Karena memang tidak ada sekolah formal untuk mengemban profesi sebagai orang tua. Padahal menjadi orang tua tidak hanya akan menhai hasilnya di dunia, tetapi juga bisa menjadi bekal yang sangat berat timbangannya untuk mendapatkan kemuliaan di hari akhir.

Sudah sering kita mendengarkan ungkapan bahwa setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi saleh, tapi sedikit sekali yang memahami bahwa kesalehan orang tua justru merupakan peran multidimensi yang dapat menjadi kebaikan bagi anak-anaknya. Harapan yang sederhana namun sangat majemuk dalam prakteknya.

Semua hasil akhir itu dimulai sejak kita mempersiapkannya. Yaitu sejak memantaskan diri untuk menjadi pemimpin bagi orang bertaqwa, memilih pasangan, mengikhtiarkan keturunan terbaik, ilmu mendidik dan segala pendukungnya. Yang tidak boleh dilupakan juga adalah mencari landasan tepat dan melibatkan sang penguasa semua makhluk di atas segalanya.

Buku di tangan saya ini dapat menjadi salah satu nutrisi bagi keilmuan kita yang sedang melakukan usaha terbaik menjadi orang tua. Meskipun judulnya baru "Sentuhan Parenting" semoga bisa menjadi bahan bakar yang membuat sebuah kendaraan mampu memutarkan rodanya.

Judul: Sentuhan Parenting 
Penulis: Budi Ashari, Lc 
Penerbit: Pustaka Nabawiyyah 
Jumlah Halaman: 241

Buku ini adalah kumpulan tulisan Ustadz Budi Ashari di web www.parentingnabawiyah.com yang sangat harus dimiliki bagi setiap keluarga. Supaya setiap kali semangat kita kendor atau lupa arah bisa kembali menjadi pengingat.

Terdiri dari tujuh pengelompokan tema yang sangat penting, yaitu:

1. Begin With the End
2. Setiap Anak Harus Lahir Kembar
3. Ayah, Ayat Allah di Bumi
4. Ibu, Pulanglah
5. Generasi Izzah, Bukan Imma'ah
6. Agar Nasehat Untuk Anak Bekerja Dahsyat
7. Terkadang, Keras itu Bukti Sayang

Semoga buku ini bisa jadi awal perubahan ke arah yang lebih baik di setiap rumah-rumah. Agar generasi gemilang tercipta karena kesadaran para pendidik utamanya, yaitu para orang tua.

Minggu, 29 Maret 2020

PEMILIK BARANG PUBLIK DI TENGAH PENDEMI

Jalan raya, udara terbuka, tanah, air hujan adalah barang publik. Ya, barang publik adalah segala hal yang sifatnya gratis dan dapat dinikmati oleh siapapun tanpa menghilangkan kesempatan orang lain untuk menikmati hal yang serupa. Hal tersebut tentu hanya berlaku di saat situasi dan kondisi normal. Tidak demikian ketika terjadi pendemi global, COVID-19 seperti saat ini. Menggunakan lahan terbuka harus bergiliran, yaitu saat tidak ada orang lain yang juga menggunakannya. Anjuran menghindari kerumunan membuat kita memiliki akses terbatas dalam menggunakan barang publik.



Situasi social distancing membuat siapapun diharuskan berdiam diri di rumah, untuk menghindari kontak langsung maupun tidak langsung dari orang yang bisa saja sudah terpapar oleh virus. Sekaligus sebagai upaya menempuh isolasi mandiri bagi setiap orang dalam masa inkubasi virus pada umumnya. Setidaknya itu yang disampaikan para penyuluh melalui berbagai media.

Sebagai orang yang memiliki keyakinan kepada Allah, tentu memahami bahwa segala yang terjadi baik itu kebaikan maupun keburukan adalah dalam kehendak-Nya. Menyelamatkan diri dari wabah bukan karena takut akan kematian, namun sebagai penyempurna ikhtiar.
Pun urusan menaati ulil amri juga merupakan sebuah keutamaan, meskipun itu membuat kita terbatas untuk beribadah jama'i.

Demikian pun terkait barang publik ataupun barang mewah kesemuanya adalah karunia dari Allah. Kondisi saat ini semakin membuat kita sadar bahwa hal-hal yang awalnya bebas dan gratis pun bisa menjadi mahal atas kehendak-Nya. Bukankah ini gambaran bahwa kita tidak memiliki apa-apa?

Berbaik sangkalah bahwa Allah sedang menyelamatkan kita dari fitnah lain yang merusak kita. Bukankah kita lebih sering lalai bahkan bermaksiat di atas karunia-Nya. Semakin sempit ruang gerak kita pun semakin menyadarkan bahwa hidupan kita hanya tentang menunggu waktu salat.

Rabu, 11 Maret 2020

BELAJAR DARI PARA TABI'IN

Kisah-kisah orang terdahulu selalu dapat kita ambil pelajarannya. Pepatah mengatakan bahwa sejarah akan terus berulang, untuk itu bukankah kita sebaiknya belajar dari sejarah. Buku ini sangat direkomendasikan bagi siapapun yang ingin mencari teladan yang tepat dalam hidupnya.
Judul: Percikan Hikmah dari Kisah Para Tabi'in
Pengarang: Gariq Gasim Anuz
Penerbit: Pustaka Imam Syafi'i
Jumlah Halaman: 172 halaman
Di tengah banyaknya idola-idola populer namun tidak berlandasan islam, sudah seharusnya kita mencari idola yang lebih tepat. Terlalu banyak kisah yang kita lewatkan jika hanya berpacu pada idola masa kini.

Jika akhlaq dan keimanan sahabat adalah yang sempurna karena didikan langsung sang Nabi, maka akhlaq dan keimanan para tabi'in merupakan sentuhan orang-orang pilihan yang pernah hidup di masa-masa wahyu sampai di setiap hari-hari mereka.

Buku ini cukup apik mengupas berbagai sisi tiga sosok tabi'in dengan penuh hikmah, layak sekali mengisi daftar bacaan di perpustakaan setiap rumah yang merindukan estafet keteladanan agung dari masa nubuwwah. Tiga sosok tabixin yang dimaksud adalah Salim bin Abdullah bin Umar bin Al-Khatab, Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib (Zainal Abidin), dan Ahnaf bin Qais.

Salim bin Abdullah adalah sosok yang sangat lurus keyakinannya kepada Allah, sampai-sampai ia tidak sempat berfokus dengan hal-hal duniawi yang tidak dimilikinya. Seorang khalifah di masanya pun tidak mampu mendapatkan hal yang diperlukannya untuk dipenuhi. Ia berkata bahwa dirinya malu mengatakan apa yang ia perlukan sedangkan selama ini Allah sudah mencukupi segala keperluannya. Sungguh kita mengambil hikmah kezuhudan yang luar biasa atas Salim. Serupa dengan akhlak kakeknya, Umar Al-Faruq, yang mencintai kehidupan sederhana dan menilai hina pakaian-pakaian yang terlampau mewah di hadapannya.

Dari Zainal Abidin, sang cucu Rasulullah, kita mendapatkan hikmah keteladanan sikap pemaaf dan membalas keburukan dengan kebaikan demi mengharap ridha Allah.


Senin, 09 Maret 2020

RESEP STIK BAWANG EMPUK

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman membuat cemilan sederhana untuk keluarga. Masih berbahan dasar terigu dengan harga yang terjangkau 😊

Snack ini biasa kita jumpai di kala lebaran, sangat digandrungi karena rasanya yang ringan. Sebut saja namanya stik bawang, meskipun ada banyak sebutan lainnya.

Berikut bahan-bahan yang perlu disiapkan:
500 gram terigu
3 sdm tepung tapioka
3 sendok mentega
3 sdt garam
1 tangkai bawang daun
1 gelas air

Langkah-langkah pembuatan:
1. Masukan terigu, tapioka, mentega, garam dan air ke dalam wadah.
2. Aduk hingga kalis.
3. Iris kecil daun bawang.
4. Masukan irisan daun bawang ke dalam adonan.
5. Aduk kembali adonan hingga rata seluruhnya.
6. Adonan siap untuk dibentuk.


7. Gunakan garpu untuk membuat motif sesuai ukuran yang diharapkan.

8. Goreng adonan yang sudah dibentuk dengan api sedang.
9. Tiriskan dan hidangkan.



Selasa, 18 Februari 2020

Cinta Nabi Sejak Dini

Judul: Muhammad Nabiku
Penulis: Aminah Ummu Tazkiya
Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i
Jumlah halaman: 147 halaman

Betapa bahagianya mendengar ucapan istimewa "aku cinta rasulullah" dari anak kita. Karena jika sudah tumbuh rasa cinta kepada rasulullah sejak dini, merupakan satu kunci bahwa ia pun akan senang menjalankan segala risalah yang disampaikannya. Karena iman itu akan tumbuh dengan adanya rasa cinta. Rasa cintalah yang membuat seseorang akan merindukan segala sesuatu. Rasa cintalah yang akan membuat seseorang melakukan apapun untuk hal yang dicintainya.

Rasa cinta memang akan tumbuh jika dipupuk dan disirami secara terus menerus. Pun demikian terkait kecintaan anak kita kepada rasulullah. Manusia yang mulia dan panutan utama umat islam tersebut sangat patut kita cintai, meskipun tanpa pernah kita menemuinya.

Membersamai ananda membacakan kisah rasulullah menjadi sangat berharga karena dilandasi tekad untuk menumbuhkan keimanan pada dirinya. Buku di tangan saya ini sangat membantu dan layak menjadi rekomendasi para orang tua yang juga ingin menumbuhkan kecintaan kepada rasulullah sjak dini.


Harga dari buku ini sangat terjangkau tetapi isinya sangatlah mahal. Setiap halaman disajikan penuh warna dengan gambar yang sangat menarik. Meskipun buku ini ditujukan untuk usia delapan tahun ke atas (8+), namun sangat ramah untuk dibaca usia berapapun. Si kakak yang belum genap empat tahun pun meminta dibacakan berulang kali, tidak ada bosan-bosannya.

Ceritanya dibuat berurutan sebanyak 56 chapter dari sebelum rasulullah lahir hingga ia meninggal. Dari keseluruhan fase kehidupan rasulullah, kisah-kisah istimewa dalam buku ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  1. Periode Makkah: Akhlak dan Wahyu
  2. Periode Makkah: Dakwah dan hikmah
  3. Periode Madinah: Jihad dan Izzah

Pada bagian pertama dibagi kembali menjadi 10 chapter, mulai dari Masa Menanti Nabi Terakhir hingga Wahyu Pertama di Gua Hira. Sedangkan pada bagian kedua dibagi kembali menjadi 14 chapter, mulai dari masa Muhamad Sang Raul hingga Perjanjian Aqabah Kedua. Kemudian pada bagian terakhir dibagi menjadi 32 chapter, mulai dari masa Hijrah ke Kota Madinah hingga selesai.

Setiap kata yang disajikan dalam buku ini sarat hikmah dan berdasarkan dalil-dalil yang shahih. Membaca dan memaknai perjalanan hidupnya dari awal hingga akhir membuat kita semakin merindukan masa-masa ketika ia hidup di antara kita. Membuat kita mengetahui bahwa perjalanan hidupnya tidak mudah dan penuh perjuangan.

Semoga ikhtiar kita menyampaikan cerita perjalanan hidup rasulullah terwakilkan dengan hadirnya buku ini. Di akhir buku ini ada beberapa konten edukatif yang dapat digunakan orang tua supaya lebih interaktif bersama ananda. Dan yang terpenting semoga kita semakin semangat untuk belajar mempelajari lebih lanjut kisah-kisahnya yang masih banyak dan belum tertuang di buku ini.

Kamis, 13 Februari 2020

Guru, Awal dari Lahirnya Peradaban


Buku ini berhasil memberikan tambahan motivasi bagi saya untuk bervisi jauh dalam mendidik keluarga. Karena menjadi guru bagi anak-anak kita tidak hanya sekedar membuatnya pandai berbicara dan menghafal nama-nama benda di sekitarnya.
Judul: Kiat Menjadi Guru Keluarga
Penulis: Dr. Afian Husaini 
Penerbit: Pustaka Arafah 
Jumlah Halaman: 100 halaman
Bung Hatta pernah menyatakan bahwa mendidik satu laki-laki sama dengan mendidik satu manusia sedangkan mendidik perempuan sama dengan mendidik satu generasi. Hal ini akan senada jika kita mendidik wanita yang dapat menjadi guru bagi keluarganya.

Dalam buku ini lebih luas dipaparkan bahwa sebuah bangsa akan maju jika ada guru yang siap berkorban di dalamnya. Dan apa jadinya jika guru-guru seperti yang dimaksud tersebut hadir disetiap rumah? Bukankah menjadi mungkin dengannya akan terlahir generasi baru sekualitas 'Salahudin Al-Ayyubi'.

Karena di balik penaklukan Al-Aqsa dari pasukan Salib bukan semata-mata karena peran seorang Salahudin Al-Ayyubi. Ada sosok yang sudah berhasil mendidik generasi pejuang dibelakangnya, yaitu peran seorang Imam Ghazali dalam merubah pemikiran, akhlak, dan diri manusia pada generasi saat itu.

Dari pengaman Dr. Afian Husaini yang lama berada di dunia pendidikan, ia menyebutkan ada enam materi pokok yang penting menjadi bekal orang tua untuk menjadi pendidik keluarga, yaitu:
1. Islamic Worldview
2. Pendidikan Anak
3. Fiqhud Dakwah
4. Fiqih Keluarga
5. Tantangan Pemikiran Kontrmporer
6. Sejarah Peradaban Islam

Mendidik generasi pejuang dari rumah menjadi lebih urgen diterapkan. Karena dunia pendidikan dewasa ini lebih cenderung memisahkan urusan agama dari kehidupan. Padahal agama adalah pokok dari pembentukan akhlak. Sistem pendidikan saat ini lebih memusatkan tujuan akhirnya untuk menghasilkan pekerja, bukan mengarusutamakan pembentukan manusia terbaik.