Rabu, 29 Januari 2020

MEMPERSIAPKAN MASA BALIG ANAK



Sebuah buku parenting di tangan saya ini cukup sekali menjawab kekhawatiran para orang tua dalam melihat berbagai penyimpangan yang menyerang pemuda dewasa ini. Tidak lain kebanyakannya disebabkan oleh kurang matangnya orang tua mempersiapkan masa aqil balig anak-anaknya.
INFO BUKU
Judul: Pemuda Bukan Remaja
Penulis: Kiki Barkiah, S.T.
Penerbit: CV Mastakka Global Informa
Tebal: 151 Halaman
Kegagalan pendidikan dewasa ini dalam mempersiapkan masa aqil balig ditandai dengan dianggap lumrahnya fase remaja sebagai masa transisi kedewasaan. Padahal dalam islam fase ini tidak pernah ada landasannya. Buku ini membuka kacamata yang salah dalam menyiapkan aqil balig. Jika kita mempersiapkan lebih awal fase usia ini, maka penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat kita hindari. Kita perlu matang membersamai anak di usia tahun-tahun pertamanya, semuanya akan terbayar ketika menghadapi masa aqil balig yang lebih tenang.

Orang tua sangat memiliki peran penting dalam membangun konsep diri pemuda, jangan sampai anak memiliki konsep diri yang salah tentang definisi "keren" dalam dirinya. Sebagai seorang muslim, "keren" yang sesungguhnya bukanlah mereka yang menyimpang dari batasan-batasan yang telah dibuat Allah, melainkan yang berada di atas landasan Al-Quran dan sunah.

Buku ini juga mengenalkan kita kepada 10 metode pendidikan yang dikolaborasikan untuk mencapai kedewasaan secara psikologis, emosional, rasional, dan sosial kepada anak. Kita juga akan disadarkan untuk memberikan perhatian lebih terkait pentingnya membangun kemandirian hidup anak sejak dini. Karena sejatinya kemandirian hidup sangat diperlukan anak untuk menghadapi kompleksitas permasalahan hidup yang akan dihadapi di masa depannya kelak.

Dan rumahlah tempat pertama yang paling baik untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada anak. Sebagaimana halnya kita tidak akan pernah bisa menciptakan lingkungan steril bagi anak-anak kita. Namun rumahlah tempat terbaik untuk menciptakan imunitas diri dari peluang pengaruh perilaku-perilaku yang buruk dari luar.

Pun dengan terciptanya pemuda-pemuda yang produktif, semua bisa berawal dari rumah. Teh Kiki Barkiah sendiri adalah penggiat homeschooling bagi keenam anaknya yang memiliki komitmen untuk menyelesaikan pendidikan dasar anak-anaknya di rumah. Dan kisah-kisah keluarganya adalah hal yang paling inspiratif bagi saya pribadi. Ternyata bonding yang baik orang tua dengan anak-anak sangatlah penting, termasuk pentingnya pembagian peran pengasuhan suami untuk mendidik anak laki-laki dengan cara laki-laki dan pengasuhan istri untuk mendidik anak perempuan dengan cara perempuan.

Saya juga sangat terinspirasi bagaimana Teh Kiki dapat memberikan pemahaman kepada anak-ankanya bahwa mereka akan menghadapi masa balig dan sangat berupaya supaya anak-anaknya mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tersebut. Salah satunya adalah dengan memahami fiqih-fiqih yang perlu dituntaskan.

Kisah terakhir adalah kisah yang paling mengharukan bagi saya, di saat anak tertuanya bersiap untuk melangkah di awal gerbang masa balignya yang memutuskan untuk belajar ke Madinah. Menjadi gambaran selesainya masa pendidikan bersama orang tua di rumah yang diungkapkan oleh Teh Kiki sebagai masa yang sangat singkat. Hal ini sangat memotivasi saya untuk memperbaiki pola pendidikan yang sudah saya jalani.

Karena totalitas mendidik anak pada usia pra aqil balig ternyata hanya sekitar 10-12 tahun, dan setelahnya anak akan mengemban sendiri tanggung jawab atas dirinya. Mempersiapkannya baik-baik untuk menyelesaikan masa pra aqil balig adalah proses pembekalan orang tua yang sangat penting bagi mereka untuk menjadi tonggak peradaban. Dan masa itulah yang akan dirindukan karena setelah semua anak-anak kita melampauinya kita akan kembali sendiri sambil menunggu masa panen bibit-bibit yang telah kita tanam. Bisa jadi saat mereka kembali ke rumah bersama kesuksesannya ketika kita masih ada dan dapat menyaksikannya, bisa juga kita sudah tidak berada di antara mereka lagi.


13 komentar:

  1. huhuhu baper!
    anak saya laki keduanya, papinya rempong terus, mana saya nggak punya sodara laki dulunya, jadinya harus lebih sering banyak baca, komunikasi juga ama suami :)

    BalasHapus
  2. Penting buat anak kedua, meskipun sejauh ini untuk urusan prinsip hidup kelaki-lakian dipegang suami, tapi sebagai ibu aku tetap memberi bekal. Biar balance ya, Mbak. Apalagi pengasuhan ini kan proses yang panjang.

    BalasHapus
  3. Akkk mau baca buku ini juga, anak saya yang lelaki juga udah masa-masa masuk baligh bentar lagii nihh

    BalasHapus
  4. Anakku dua2nya sdg mempersiapkan dtgnya masa baligh, heu heu ... Rada khawatir juga jika dapet pertanyaan2 yang ssh dijawab. Sptnya buku ini bagus supaya emak lebih siap...

    BalasHapus
  5. Anak pertama saya 9 tahun.. saya lagi mempertimbangkan masalah ia akan mondok apa tidak.. Yang saya pikirkan pun masalah pra aqil baligh ini.. Kalau di rumah kamilah yang akan membimbingnya.. Kalau dipondok? Gimana ya?

    BalasHapus
  6. Peer juga buat saya yang punya anak lelaki. Memang harus dipersiapkan menuju masa balighnya, ya. Meski anak masih kecil rasanya buku Teh Kiki Barkiah ini bisa jadi rekomendasi. Trims sharingnya, Mbak

    BalasHapus
  7. Betul banget Mbak. Masa Akil baligh anak perlu kita persiapkan ya. Jadi pengen baca buku Teh Kiki. Terima kasih Mbak.

    BalasHapus
  8. Saya baca tulisan Teh kiki sejak sama-sama tinggal di Amerika. Meski tidak mengenal Beliau. Tapi Beliau menjadi pengisi milis komunitas Muslim di sana (IMSA)
    Sekembali ke Indonesia Beliau banyak membagikan ilmu pola pengasuhan termasuk lewat buku. Masya Allah, keren!
    Dan saya setuju persiapan masa akil baligh anak itu perlu. Agar mereka siap saat harus keluar rumah dan hidup mandiri nanti

    BalasHapus
  9. Hanya 10-12 tahun. Iyaya, rasanya itu cuma sebentar sekali dibanding masa yang dilalui anak untuk bertarung secara mandiri. Semoga bisa diberi kesabaran dan kekuatan untuk bisa membersamai buah hati. Agak deg-degan juga sih. Tantangan yang nanti akan dilalui anak-anak kita kan lebih bombastis ya dibanding kita sekarang.

    BalasHapus
  10. Gak kebayang klo punya anak laki.. Anakku cewe dan juga tantangan dalam pengasuhan. Lumayan kuat bounding kami berdua

    BalasHapus
  11. Anak laki dan perempuan memang beda banget. Tantangannya juga beda. Wah, buku ini bisa jadi panduan yang bagus ya? Note

    BalasHapus
  12. Anak saya juga laki semua. Masih takut apakah bisa membersamai mereka dan memberi bekal ilmu yg cukup untuk mereka kelak bisa berdiri sendiri. Btw,baru sadar, bener hanya 10-12 th, bareng anak. Setelah itu mereka akan sibuk sendiri dgn dunianya

    BalasHapus
  13. Buku yang menarik nih mba, dan bisa jadi pembelajaran buat para ortu dalam mempersiapkan anak laki-laki mereka. Kereen!

    BalasHapus