Selasa, 31 Maret 2020

Menggugah Para Orang Tua untuk Memahami Perannya


Semoga kita bukan orang tua yang mengambil perannya tanpa ilmu. Karena memang tidak ada sekolah formal untuk mengemban profesi sebagai orang tua. Padahal menjadi orang tua tidak hanya akan menhai hasilnya di dunia, tetapi juga bisa menjadi bekal yang sangat berat timbangannya untuk mendapatkan kemuliaan di hari akhir.

Sudah sering kita mendengarkan ungkapan bahwa setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi saleh, tapi sedikit sekali yang memahami bahwa kesalehan orang tua justru merupakan peran multidimensi yang dapat menjadi kebaikan bagi anak-anaknya. Harapan yang sederhana namun sangat majemuk dalam prakteknya.

Semua hasil akhir itu dimulai sejak kita mempersiapkannya. Yaitu sejak memantaskan diri untuk menjadi pemimpin bagi orang bertaqwa, memilih pasangan, mengikhtiarkan keturunan terbaik, ilmu mendidik dan segala pendukungnya. Yang tidak boleh dilupakan juga adalah mencari landasan tepat dan melibatkan sang penguasa semua makhluk di atas segalanya.

Buku di tangan saya ini dapat menjadi salah satu nutrisi bagi keilmuan kita yang sedang melakukan usaha terbaik menjadi orang tua. Meskipun judulnya baru "Sentuhan Parenting" semoga bisa menjadi bahan bakar yang membuat sebuah kendaraan mampu memutarkan rodanya.

Judul: Sentuhan Parenting 
Penulis: Budi Ashari, Lc 
Penerbit: Pustaka Nabawiyyah 
Jumlah Halaman: 241

Buku ini adalah kumpulan tulisan Ustadz Budi Ashari di web www.parentingnabawiyah.com yang sangat harus dimiliki bagi setiap keluarga. Supaya setiap kali semangat kita kendor atau lupa arah bisa kembali menjadi pengingat.

Terdiri dari tujuh pengelompokan tema yang sangat penting, yaitu:

1. Begin With the End
2. Setiap Anak Harus Lahir Kembar
3. Ayah, Ayat Allah di Bumi
4. Ibu, Pulanglah
5. Generasi Izzah, Bukan Imma'ah
6. Agar Nasehat Untuk Anak Bekerja Dahsyat
7. Terkadang, Keras itu Bukti Sayang

Semoga buku ini bisa jadi awal perubahan ke arah yang lebih baik di setiap rumah-rumah. Agar generasi gemilang tercipta karena kesadaran para pendidik utamanya, yaitu para orang tua.

Minggu, 29 Maret 2020

PEMILIK BARANG PUBLIK DI TENGAH PENDEMI

Jalan raya, udara terbuka, tanah, air hujan adalah barang publik. Ya, barang publik adalah segala hal yang sifatnya gratis dan dapat dinikmati oleh siapapun tanpa menghilangkan kesempatan orang lain untuk menikmati hal yang serupa. Hal tersebut tentu hanya berlaku di saat situasi dan kondisi normal. Tidak demikian ketika terjadi pendemi global, COVID-19 seperti saat ini. Menggunakan lahan terbuka harus bergiliran, yaitu saat tidak ada orang lain yang juga menggunakannya. Anjuran menghindari kerumunan membuat kita memiliki akses terbatas dalam menggunakan barang publik.



Situasi social distancing membuat siapapun diharuskan berdiam diri di rumah, untuk menghindari kontak langsung maupun tidak langsung dari orang yang bisa saja sudah terpapar oleh virus. Sekaligus sebagai upaya menempuh isolasi mandiri bagi setiap orang dalam masa inkubasi virus pada umumnya. Setidaknya itu yang disampaikan para penyuluh melalui berbagai media.

Sebagai orang yang memiliki keyakinan kepada Allah, tentu memahami bahwa segala yang terjadi baik itu kebaikan maupun keburukan adalah dalam kehendak-Nya. Menyelamatkan diri dari wabah bukan karena takut akan kematian, namun sebagai penyempurna ikhtiar.
Pun urusan menaati ulil amri juga merupakan sebuah keutamaan, meskipun itu membuat kita terbatas untuk beribadah jama'i.

Demikian pun terkait barang publik ataupun barang mewah kesemuanya adalah karunia dari Allah. Kondisi saat ini semakin membuat kita sadar bahwa hal-hal yang awalnya bebas dan gratis pun bisa menjadi mahal atas kehendak-Nya. Bukankah ini gambaran bahwa kita tidak memiliki apa-apa?

Berbaik sangkalah bahwa Allah sedang menyelamatkan kita dari fitnah lain yang merusak kita. Bukankah kita lebih sering lalai bahkan bermaksiat di atas karunia-Nya. Semakin sempit ruang gerak kita pun semakin menyadarkan bahwa hidupan kita hanya tentang menunggu waktu salat.

Rabu, 11 Maret 2020

BELAJAR DARI PARA TABI'IN

Kisah-kisah orang terdahulu selalu dapat kita ambil pelajarannya. Pepatah mengatakan bahwa sejarah akan terus berulang, untuk itu bukankah kita sebaiknya belajar dari sejarah. Buku ini sangat direkomendasikan bagi siapapun yang ingin mencari teladan yang tepat dalam hidupnya.
Judul: Percikan Hikmah dari Kisah Para Tabi'in
Pengarang: Gariq Gasim Anuz
Penerbit: Pustaka Imam Syafi'i
Jumlah Halaman: 172 halaman
Di tengah banyaknya idola-idola populer namun tidak berlandasan islam, sudah seharusnya kita mencari idola yang lebih tepat. Terlalu banyak kisah yang kita lewatkan jika hanya berpacu pada idola masa kini.

Jika akhlaq dan keimanan sahabat adalah yang sempurna karena didikan langsung sang Nabi, maka akhlaq dan keimanan para tabi'in merupakan sentuhan orang-orang pilihan yang pernah hidup di masa-masa wahyu sampai di setiap hari-hari mereka.

Buku ini cukup apik mengupas berbagai sisi tiga sosok tabi'in dengan penuh hikmah, layak sekali mengisi daftar bacaan di perpustakaan setiap rumah yang merindukan estafet keteladanan agung dari masa nubuwwah. Tiga sosok tabixin yang dimaksud adalah Salim bin Abdullah bin Umar bin Al-Khatab, Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib (Zainal Abidin), dan Ahnaf bin Qais.

Salim bin Abdullah adalah sosok yang sangat lurus keyakinannya kepada Allah, sampai-sampai ia tidak sempat berfokus dengan hal-hal duniawi yang tidak dimilikinya. Seorang khalifah di masanya pun tidak mampu mendapatkan hal yang diperlukannya untuk dipenuhi. Ia berkata bahwa dirinya malu mengatakan apa yang ia perlukan sedangkan selama ini Allah sudah mencukupi segala keperluannya. Sungguh kita mengambil hikmah kezuhudan yang luar biasa atas Salim. Serupa dengan akhlak kakeknya, Umar Al-Faruq, yang mencintai kehidupan sederhana dan menilai hina pakaian-pakaian yang terlampau mewah di hadapannya.

Dari Zainal Abidin, sang cucu Rasulullah, kita mendapatkan hikmah keteladanan sikap pemaaf dan membalas keburukan dengan kebaikan demi mengharap ridha Allah.


Senin, 09 Maret 2020

RESEP STIK BAWANG EMPUK

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman membuat cemilan sederhana untuk keluarga. Masih berbahan dasar terigu dengan harga yang terjangkau 😊

Snack ini biasa kita jumpai di kala lebaran, sangat digandrungi karena rasanya yang ringan. Sebut saja namanya stik bawang, meskipun ada banyak sebutan lainnya.

Berikut bahan-bahan yang perlu disiapkan:
500 gram terigu
3 sdm tepung tapioka
3 sendok mentega
3 sdt garam
1 tangkai bawang daun
1 gelas air

Langkah-langkah pembuatan:
1. Masukan terigu, tapioka, mentega, garam dan air ke dalam wadah.
2. Aduk hingga kalis.
3. Iris kecil daun bawang.
4. Masukan irisan daun bawang ke dalam adonan.
5. Aduk kembali adonan hingga rata seluruhnya.
6. Adonan siap untuk dibentuk.


7. Gunakan garpu untuk membuat motif sesuai ukuran yang diharapkan.

8. Goreng adonan yang sudah dibentuk dengan api sedang.
9. Tiriskan dan hidangkan.