Selasa, 21 Juli 2020

Mencetak Generasi Hafidz dan Hafidzah



Saya pilih beberapa buku yang ada di rak. Ternyata ditemukanlah buku ini, sepertinya adalah buku yang dibeli suami ketika kami belum menikah.

Judul: Rahasia Sukses 3 Hafizh Qur'an Cilik

Penulis: Fathin & Ida

Penerbit: Zikrul

Tahun terbit: 2013

Jumlah halaman: 230

Saya merasa agak terlambat membacanya di usia pernikahan kami yang kelima. Tapi itulah ilham.. ia datang di waktu yang Allah kehendaki. Sama seperti hidayah yang tidak bisa kita ketahui kapan akan datang kepada seseorang.

Singkat cerita saya membacanya di tengah usia si kakak keempat tahun. Itulah satu hal yang membuat saya merasa terlambat mempersiapkannya. Meskipun jauh dari itu, apa jadinya anak-anak kita sekarang adalah buah dari amalan orangtuanya diatas segala kelemahan dan kelabihannya.

Membaca kisah keluarga El Laboody, saya tentu merasa masih jauh dari level kematangan mereka dalam mempersiapkan anak-anaknya. Ketiga anaknya (Tabarak, Yazeed, Zeenah) berhasil menghafalkan Al-Quran sebelum mencapai usia lima tahun. Keberhasilan metode menghafal untuk anak pertamanya, Tabarak, dapat diterapakan pula kepada kedua adiknya. Sehingga berbgai penghargaan nasional maupun internasional pun dapat diraih mereka.

Bukan semata-mata karena anaknya memiliki daya nalar yang tinggi atas sesuatu, karena tentu peran besar orang tua sangatlah menentukan pencapaian anaknya tersebut. Meskipun bukan berlatar belakang pendidikan agama, mereka mampu memprogram Al-Quran kedalam diri anak-anaknya.

Mereka terbiasa menjadikan dzikir-dzikirnya adalah bacaan Al-Quran. Hampir selalu 5 juz dibaca semua anggota keluarganya setiap hari, sehingga mudah sekali bagi mereka untuk mengkhatamkan Al-Quran sebanyak empat kali dalam sebulan.

Tidak hanya itu, karena keberhasilan metodenya tersebutlah akhirnya Markaz Al-Quran pun diinisiasi keluarga El-Laboody. Mudahnya metode menghafal pun dapat dirasakan banyak orang tua dengan memasukkan anak-anaknya ke Markas Al-Quran Tabarak.


"Semakin awal mengenalkan anak untuk menghafal Al-Quran, semakin baik," itulah hal yang dituturkan Dr. Kamil El-Laboody. Hal ini tentu dengan landasan yang sudah diyakini. Bukankah banyak orang-orang berpengaruh diawali dengan hafal Al-Quran di usia belia, sebut saja Imam Asy-Safi'i yang hafal Al-Quran di usia 6 tahun. Selain itu, metode memperdengarkan memang sangat cocok bagi anak-anak di masa golden agenya. Tidak lupa mereka menuturkan bahwa proses menghafal anak pun sangat memerlukan doa dan keikhlasan orang tua.

Orang tua, yang interaksinya lebih banyak dengan anak, sudah seharusnya juga berupaya untuk mendekatkan diri dengan Al-Quran. Sehingga quality time bersama keluarga pun diisi bersama hal-hal yang terikat dengan Al-Quran. Rihlah keluarga pun bisa dilakukanketika tercapai sebuah targetan dalam menghafal.

Kamis, 09 Juli 2020

Surat Cinta

Masya Allah.. Memang ya tantangan di Matrikulasi Ibu Profesional itu tidak bisa terduga. Tantangan sebelumnya saja berhasil membuat saya menemukan sosok lain dari diri sendiri. "Ternyata seperti itu toh muka saya di depan kamera," kurang lebih itu kalimat yang keluar ketika mereview video yang akan disetorkan. Berkali-kali pun saya melihat kembali video tersebut, saya terbawa kembali dengan isinya.

Check sound, huh hah
Check sound, huh hah
What's your problem? No problem!
What's your problem? No problem!
What? Challenge!
What? Challenge!

Protect yourself?
Cancle!
Cancle!
Go away!

Ibu Profesional?
Huuuuh yeaah!
Yel-yel tersebut merangsang para ibu supaya dapat mengontrol suaranya, mengontrol emosinya, tidak pernah menganggap segala yang terjadi sebagai masalah, melainkan semuanya adalah tantangan. Ibu profesional juga mengajarkan kita untuk tidak membatasi diri dan selalu bersemangat.

Nah, setelah sebelumnya saya melakukan hal yang tidak biasa, sekarang pun tidak kalah dengan itu. Saya harus membuat surat cinta untuk suami. Hmm sempat bingung mau nulis apa. Karena isinya adalah ungkapan perasaan cinta maka saya pun berusaha menghadirkan diri sepenuh rasa hehe.

Meskipun saat menulisnya tidak luput dari sapaan anak-anak, si kakak yang malah turut ingin menulis, si ade yang juga ingin dipenuhi kebutuhannya. Kertas pertama akhirnya gagal menampung rasa yang seharusnya diungkapkan. Berlanjut di kertas kedua, saat anak-anak terlelap tidur akhirnya saya berhasil menyelesaikannya. Cukup mewakili perasaan lah, meskipun ada beberapa yang tidak dapat terungkapkan melalui tulisan.


Setelah selesai, saya simpan suratnya di lemari baju yang mungkin mudah terlihat ketika ia pulang. Selanjutnya adalah menanti respon dari sang suami, hihi agak malu dan degdegan rasanya. Harapannya ia akan membukanya ketika waktu yang khidmat, "mungkin malam hari ketika anak-anak sedang tidur." Namun ternyata tidak sesuai dugaan. Ketika pulang kerja, si Kakak membocorkan misi saya. "Mi, ayo kasih tahu suratnya buat abi!" Serunya dengan senang nan polos. Maklum si kakak bertanya terus apa yang saya buat sampai-sampai ia tidak sabar untuk menyampaikan hal tersebut.

Alhasil suami saya membukanya di tengah gaduhnya anak-anak yang sedang bermain petak umpet. Dengan respon yang secukupnya ia berkata, "Terima kasih ya, meskipun belum terlalu fokus membacanya. Abi sekilas dapet kok apa yang diungkapkan umi. Sepertinya menulisnya dari hati."

Qadarullah.. meskipun sebenarnya saya masih menanti respon lanjutan darinya, sepertinya ia belum punya waktu cukup luang untuk menghadirkan dirinya membaca surat tersebut dengan seksama. Sebelum deadline tulisan ini berakhir, maka saya ungkapkan apa adanya.


Meskipun perasaan saya belum terbalas sepenuh hati tapi misi ini sudah berhasil mendobrak diri saya yang awalnya tidak pernah terpikirkan untuk sepujangga itu kepada suami hehe. Terima kasih Ibu Profesional dan para WI. 😊

#navigasidanberaksi
#matrikulasibatch8
#institutibuprofesional
#belajardarirumah