Sebuah buku parenting di tangan saya ini cukup sekali menjawab kekhawatiran para orang tua dalam melihat berbagai penyimpangan yang menyerang pemuda dewasa ini. Tidak lain kebanyakannya disebabkan oleh kurang matangnya orang tua mempersiapkan masa aqil balig anak-anaknya.
INFO BUKU
Judul: Pemuda Bukan Remaja
Penulis: Kiki Barkiah, S.T.
Penerbit: CV Mastakka Global Informa
Tebal: 151 Halaman
Kegagalan pendidikan dewasa ini dalam mempersiapkan masa aqil balig ditandai dengan dianggap lumrahnya fase remaja sebagai masa transisi kedewasaan. Padahal dalam islam fase ini tidak pernah ada landasannya. Buku ini membuka kacamata yang salah dalam menyiapkan aqil balig. Jika kita mempersiapkan lebih awal fase usia ini, maka penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat kita hindari. Kita perlu matang membersamai anak di usia tahun-tahun pertamanya, semuanya akan terbayar ketika menghadapi masa aqil balig yang lebih tenang.
Orang tua sangat memiliki peran penting dalam membangun konsep diri pemuda, jangan sampai anak memiliki konsep diri yang salah tentang definisi "keren" dalam dirinya. Sebagai seorang muslim, "keren" yang sesungguhnya bukanlah mereka yang menyimpang dari batasan-batasan yang telah dibuat Allah, melainkan yang berada di atas landasan Al-Quran dan sunah.
Buku ini juga mengenalkan kita kepada 10 metode pendidikan yang dikolaborasikan untuk mencapai kedewasaan secara psikologis, emosional, rasional, dan sosial kepada anak. Kita juga akan disadarkan untuk memberikan perhatian lebih terkait pentingnya membangun kemandirian hidup anak sejak dini. Karena sejatinya kemandirian hidup sangat diperlukan anak untuk menghadapi kompleksitas permasalahan hidup yang akan dihadapi di masa depannya kelak.
Dan rumahlah tempat pertama yang paling baik untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada anak. Sebagaimana halnya kita tidak akan pernah bisa menciptakan lingkungan steril bagi anak-anak kita. Namun rumahlah tempat terbaik untuk menciptakan imunitas diri dari peluang pengaruh perilaku-perilaku yang buruk dari luar.
Pun dengan terciptanya pemuda-pemuda yang produktif, semua bisa berawal dari rumah. Teh Kiki Barkiah sendiri adalah penggiat homeschooling bagi keenam anaknya yang memiliki komitmen untuk menyelesaikan pendidikan dasar anak-anaknya di rumah. Dan kisah-kisah keluarganya adalah hal yang paling inspiratif bagi saya pribadi. Ternyata bonding yang baik orang tua dengan anak-anak sangatlah penting, termasuk pentingnya pembagian peran pengasuhan suami untuk mendidik anak laki-laki dengan cara laki-laki dan pengasuhan istri untuk mendidik anak perempuan dengan cara perempuan.
Saya juga sangat terinspirasi bagaimana Teh Kiki dapat memberikan pemahaman kepada anak-ankanya bahwa mereka akan menghadapi masa balig dan sangat berupaya supaya anak-anaknya mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tersebut. Salah satunya adalah dengan memahami fiqih-fiqih yang perlu dituntaskan.
Kisah terakhir adalah kisah yang paling mengharukan bagi saya, di saat anak tertuanya bersiap untuk melangkah di awal gerbang masa balignya yang memutuskan untuk belajar ke Madinah. Menjadi gambaran selesainya masa pendidikan bersama orang tua di rumah yang diungkapkan oleh Teh Kiki sebagai masa yang sangat singkat. Hal ini sangat memotivasi saya untuk memperbaiki pola pendidikan yang sudah saya jalani.
Karena totalitas mendidik anak pada usia pra aqil balig ternyata hanya sekitar 10-12 tahun, dan setelahnya anak akan mengemban sendiri tanggung jawab atas dirinya. Mempersiapkannya baik-baik untuk menyelesaikan masa pra aqil balig adalah proses pembekalan orang tua yang sangat penting bagi mereka untuk menjadi tonggak peradaban. Dan masa itulah yang akan dirindukan karena setelah semua anak-anak kita melampauinya kita akan kembali sendiri sambil menunggu masa panen bibit-bibit yang telah kita tanam. Bisa jadi saat mereka kembali ke rumah bersama kesuksesannya ketika kita masih ada dan dapat menyaksikannya, bisa juga kita sudah tidak berada di antara mereka lagi.
Orang tua sangat memiliki peran penting dalam membangun konsep diri pemuda, jangan sampai anak memiliki konsep diri yang salah tentang definisi "keren" dalam dirinya. Sebagai seorang muslim, "keren" yang sesungguhnya bukanlah mereka yang menyimpang dari batasan-batasan yang telah dibuat Allah, melainkan yang berada di atas landasan Al-Quran dan sunah.
Buku ini juga mengenalkan kita kepada 10 metode pendidikan yang dikolaborasikan untuk mencapai kedewasaan secara psikologis, emosional, rasional, dan sosial kepada anak. Kita juga akan disadarkan untuk memberikan perhatian lebih terkait pentingnya membangun kemandirian hidup anak sejak dini. Karena sejatinya kemandirian hidup sangat diperlukan anak untuk menghadapi kompleksitas permasalahan hidup yang akan dihadapi di masa depannya kelak.
Dan rumahlah tempat pertama yang paling baik untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada anak. Sebagaimana halnya kita tidak akan pernah bisa menciptakan lingkungan steril bagi anak-anak kita. Namun rumahlah tempat terbaik untuk menciptakan imunitas diri dari peluang pengaruh perilaku-perilaku yang buruk dari luar.
Pun dengan terciptanya pemuda-pemuda yang produktif, semua bisa berawal dari rumah. Teh Kiki Barkiah sendiri adalah penggiat homeschooling bagi keenam anaknya yang memiliki komitmen untuk menyelesaikan pendidikan dasar anak-anaknya di rumah. Dan kisah-kisah keluarganya adalah hal yang paling inspiratif bagi saya pribadi. Ternyata bonding yang baik orang tua dengan anak-anak sangatlah penting, termasuk pentingnya pembagian peran pengasuhan suami untuk mendidik anak laki-laki dengan cara laki-laki dan pengasuhan istri untuk mendidik anak perempuan dengan cara perempuan.
Saya juga sangat terinspirasi bagaimana Teh Kiki dapat memberikan pemahaman kepada anak-ankanya bahwa mereka akan menghadapi masa balig dan sangat berupaya supaya anak-anaknya mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tersebut. Salah satunya adalah dengan memahami fiqih-fiqih yang perlu dituntaskan.
Kisah terakhir adalah kisah yang paling mengharukan bagi saya, di saat anak tertuanya bersiap untuk melangkah di awal gerbang masa balignya yang memutuskan untuk belajar ke Madinah. Menjadi gambaran selesainya masa pendidikan bersama orang tua di rumah yang diungkapkan oleh Teh Kiki sebagai masa yang sangat singkat. Hal ini sangat memotivasi saya untuk memperbaiki pola pendidikan yang sudah saya jalani.
Karena totalitas mendidik anak pada usia pra aqil balig ternyata hanya sekitar 10-12 tahun, dan setelahnya anak akan mengemban sendiri tanggung jawab atas dirinya. Mempersiapkannya baik-baik untuk menyelesaikan masa pra aqil balig adalah proses pembekalan orang tua yang sangat penting bagi mereka untuk menjadi tonggak peradaban. Dan masa itulah yang akan dirindukan karena setelah semua anak-anak kita melampauinya kita akan kembali sendiri sambil menunggu masa panen bibit-bibit yang telah kita tanam. Bisa jadi saat mereka kembali ke rumah bersama kesuksesannya ketika kita masih ada dan dapat menyaksikannya, bisa juga kita sudah tidak berada di antara mereka lagi.